CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 25 Agustus 2016

Kebiasaan Penulis Fiksi

Hai!

Aku selalu sebal ketika dalam hati sudah berniat untuk rajin posting di blog, ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Sungguh menyebalkan! Satu dan lain hal selalu bisa jadi alasan; tidak punya waktu luang lah, sibuk dengan hobi lain lah, tidak mood lah. Ada saja, kan? Memang sudah seperti fitrah saja ya jika manusia suka sekali membuat alasan--eh, atau hanya aku saja ya?

Baiklah. Lupakan saja soal itu.

Siang ini ketika waktu-waktu senggang di tengah jam kerja, aku iseng berselancar di dunia maya. Dan menemukan tips hebat untuk masalah tulis-menulis yang sangat menarik untuk disimak. Tips ini aku comot dari situs indonovel.com, yang meniru konsep dari Dr. Stephen R. Covey berjudul 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif (1989).

Pernah mendengar Hukum Pareto (Aturan 80/20)? Bahasa mudahnya, hukum ini mempresentasikan 80 % keberhasilan kita berdasarkan 20% dari apa yang kita kerjakan. Atau dengan kata lain, kita bisa mencapai keberhasilan 80% hanya dengan memaksimalkan usaha 20% saja. Jadi kesimpulannya, apa yang kita lakukan selama ini lebih banyak tidak efektifnya.

Jadi ... bagaimana solusinya?

Simak!

Kebiasaan Penulis Fiksi

1. Menjadi Proaktif

Ini salah satu solusi efektif mengatasi writers blog. Semua penulis tahu WB alias writers block sudah menjadi "penyakit" yang mudah sekali menyerang kami. Bahaya sekali kalau sudah kena, tulisanmu dijamin terabaikan jika penyakit ini tidak segera diobati. Serius! Aku (dan aku yakin banyak penulis lain) sering kali mengikuti tips apapun untuk menyembuhkan penyakit ini. Seperti mendengarkan musik, refreshing ke tempat-tempat baru, membaca karya penulis lain, dsb. Tapi sudah dilakukan pun belum juga berhasil. Kenapa? Karena saran-saran di atas adalah contoh solusi dari luar. Sementara WB adalah penyakit yang sebetulnya datang dari dalam diri sendiri.

Jadi beradasarkan konsep Covey, solusinya ada pada 2 pilihan:
Memilih kalah dan mencari pembenaran (lagi nggak mood, butuh tempat sepi, cuaca terlalu panas, menunggu datangnya inspirasi, dll)

atau...

Memilih untuk tetap menulis.


2. Menyusun Cerita Hingga Ending

Banyak dari penulis yang terbiasa langsung mengeksekusi tulisannya ketika muncul sebuah ide cerita, meskipun endingnya belum tahu akan seperti apa (maksudku, aku *haha). Padahal alangkah baik jika sebelum ditulis, kita sudah mengetahui akhir dari perjalanan tokoh dalam cerita kita.

Tambahan tips dariku: membuat outline. Ini akan memudahkan kita dalam menulis. Tidak perlu rinci, yang terpenting adalah poin-poin utama yang akan diceritakan. Jika sudah terbayang alurnya, runutan cerita, maka besar kemungkinan kita akan terhindar dari masalah kebuntuan ide di tengah jalan nanti.


3. Memprioritaskan Menulis

Kita (aku) sering mengatakan tidak punya waktu untuk menulis. Padahal untuk melakukan hal-hal lain yang tidak penting masih saja sempat (twitteran, facebookan, atau bahkan nonton TV). Sedikit kutipan dari situs sumber tips ini yang akan aku tebalkan dan garis bawahi:

Menulis bukan perkara Anda punya waktu atau tidak. Menulis adalah pilihan.

Setuju banget!

Jadi, jika menulis itu penting, maka prioritaskanlah waktu untuk menulis.


4. Mengerti Pembaca Sebelum Dimengerti

Pernah tidak sih merasa gusar sendiri ketika membaca review negatif untuk tulisanmu? Jujur, aku selalu kesal. Terlintas dalam pikiran, "Mereka berkomentar begini karena tidak bisa memahami ceritaku." Merasa bahwa tulisanku sudah sedemikian sempurna sehingga keberatan untuk dikritik.

Tapi setelah dipikir-pikir lagi secara objektif, kritikan-kritikan itu ternyata ada benarnya. Padahal jika kita mau sedikit merendahkan hati dan mengesampingkan ego, kritikan seperti itu justru bisa menjadi masukan paling baik. Batu yang keras bahkan memiliki lubang walau kecil. Kritikan yang demikian itu adalah penambalnya.

Karena jika kita menolak kritik, kemampuan hanya akan jalan di tempat.


5. Mengasah Pena

Seperti gergaji yang akan tumpul jika tidak diasah, begitu juga dengan kemampuan menulis. Seorang tukang kayu akan berhenti sejenak untuk mengasah gergajinya. Maka kita sebagai penulis juga perlu sesekali berhenti dari kegiatan menulis untuk mengasah kemampuan kita. Cari refrensi terbaik, membaca buku-buku penulis lain dan mempelajari teknik menulisnya, atau menonton film untuk menemukan ide-ide segar.


Semoga bermanfaat ;)


sumber: indonovel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar