CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 29 Maret 2018

Istana Untuk Si Pemaaf

Aku lagi rindu mengisi blog ini setelah sekian lama terabaikan. Sayangnya penyakit WB-ku ternyata separah itu hingga membuatku kesulitan bahkan hanya untuk menulis blog. Jadi kucoba mengisi waktu-waktu menyebalkan ini dengan memposting ulang sharing bermanfaat yang kudapatkan dari WhatsApp.

Ini sebuah kisah tentang orang pemaaf yang diceritakan oleh malaikat pada Rasulullah saw, terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih.


Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan, tiba-tiba Rasulullah saw. tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi depannya.

Umar r.a. yang berada di di situ bertanya, "Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?"

Rasulullah saw. menjawab, "Aku diberitahu malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah. Salah satunya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku.' Allah SWT berkata, 'Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun?' Orang itu berkata, 'Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya.'"

Sampai di sini, mata Rasulullah saw. berkaca-kaca. Rasulullah saw. tidak mampu menahan tetesan air matanya. Beliau menangis. Lalu beliau Rasulullah berkata, Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya."

Rasulullah SAW melanjutkan kisahnya. "Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi, 'Sekarang angkat kepalamu.' Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata, 'Ya Rabb, aku melihat di depanku ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan berlian. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang shiddiq yang mana, ya Rabb? Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb?' Allah berkata, 'Istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya.' Orang itu berkata, 'Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Rabb?' Allah berkata, 'Engkau mampu membayar harganya.' Orang itu terheran-heran, sambil berkata, 'Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?' Allah berkata, ‘Caranya engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kauadukan kezalimannya kepada-Ku.' Orang itu berkata, 'Ya Rabb, kini aku memaafkannya.' Allah berkata, 'Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu.'"

Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw. berkata, "Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian SALING BERDAMAI dan MEMAAFKAN, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin."