CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 08 Juni 2021

Cita-Cita Punya Bisnis Sendiri

 Sebenarnya sudah lama terpikirkan untuk punya bisnis sendiri.

Waktu kuliah dulu, aku pernah mencoba jualan kerudung. Beli barang di salah satu outlet (kecil tapi barangnya lengkap dan variatif) di salah satu sudut Jakarta. Awalnya belum berani beli banyak, cuma beberapa model, dengan satu-dua pilihan warna. Dijual via online. Pasang foto di Instagram, kalau nggak salah sempet promo di Facebook juga (udah lupa saking lamanya), dan ada yang aku tawarkan langsung via japri ke teman-teman dan kenalan yang ada di kontak WhatsApp.

Sebelum itu aku juga pernah ikut bisnis MLM. Jualan produk beauty care (namanya lupa). Berawal dari diajak teman SMA, mulai menawarkan ke tetangga atau teman-teman. Kalau nggak salah waktu itu belum ada smartphone, jadi jualannya manual langsung tatap muka ke calon pembeli.

Sayangnya bisnis kecil-kecilan itu selalu berumur pendek. Bukannya aku kurang serius menekuninya. Mungkin aku kurang gigih, ya? Mudah menyerah di awal. Melihat kurangnya minat pembeli, dan sifatku yang mudah bosan. Boleh jadi itu yang membuat bisnisku tak pernah berkembang.

Sekian tahun belakangan, sebenarnya aku masih sesekali berjualan. Macam-macam barang sih. Pernah jualan ikan bumbu punya teman. Pernah jual kerupuk kulit asli Garut--punya teman juga. Dan yang masih aku tekuni sampai sekarang, jadi reseller hijab--punya temanku juga sih xDD. Untuk saat ini aku enjoy berjualan barang dagangan punya orang, reseller. Lebih mudah karena tidak perlu memikirkan ide barang yang mau dijual, upgrade kualitas, dll. Yang jadi PR-ku tinggal bagaimana caranya barang yang kujual ini bisa laku banyak atau sesuai target. Strategi marketing.

Alhamdulillah selama 5 tahun terakhir ini aku bekerja di bidang marketing. Boleh lah dapat ilmu jualan meskipun aku cuma staf yang tidak terjun langsung di lapangan. Dibandingkan jualanku saat kuliah, tentu berbeda jauh dengan sekarang. Aku merasakan peningkatan dari segi bahasa penjualan, sampai ke semangat berjualannya. Mungkin melihat pengalaman teman-teman di kantor juga, aku banyak dapat insight dalam bidang ini. Aku pun merasa lebih percaya diri.

Sekarang aku terpikirkan untuk menekuni dengan lebih serius satu bisnis--maaf tidak bisa kusebut karena aku berharap bisnis ini bisa berjalan bagus tanpa perlu diumbar ke mana-mana dulu. Aku ingin mencoba sesuatu yang kreatif, ini bisnis jasa. Pangsa pasarnya lumayan, modalnya juga tidak terlalu besar. Aku mempersiapkan cukup banyak materi ilmu untuk ini--tapi belum cukup banyak karena aku tentu harus terus meng-upgrade ilmunya. Pastinya harus ada persiapan yang matang sebelum benar-benar terjun dan serius mengerjakan bisnis ini.

Karena sebenarnya bekerja jadi pegawai di perusahaan orang itu melelahkan. Tentu berbisnis juga melelahkan. Tapi lelah untuk dinikmati sendiri, itu lebih terasa puas bagiku. Bukankah ada pepatah, "Lebih baik jadi kepala kucing daripada jadi ekor harimau." Lebih baik jadi bos, memimpin (setidaknya dirimu sendiri) di perusahaan kecil tapi milik sendiri; daripada jadi bawahan, suruhan--kata anak milenial budak corporate--di perusahaan besar tapi milik orang lain.

Selasa, 01 Juni 2021

Welcome back, Aku!


Akhirnya aku kembali setelah hiatus, err... berapa tahun ya? Hehee...

Postingan terakhirku tahun 2018, well sekitar 3 tahun berhenti nulis. Rindu banget rasanya. Seperti ada yang hilang, ketika kamu biasa melakukan sesuatu lantas berhenti total. Karena menulis juga adalah hal yang sangat aku sukai, hiatus membuat hidupku tak terasa lengkap.

Setelah menikah, banyak yang berubah pada diriku. Sejak lahir tinggal bersama orangtua, begitu tinggal terpisah dengan mereka, aku mau tidak mau harus mandiri bersama suami. Banyak hal yang harus aku pelajari, dari mulai memasak sampai berbenah rumah, segala hal yang wajarnya dilakukan sendiri oleh wanita yang sudah menikah. Banyak waktuku tersita untuk pekerjaan rumah. Selain itu pekerjaanku di kantor 2 tahun belakangan ini pun overload, tak jarang terpaksa kubawa pulang dan mengerjakannya di sela waktu istirahat. Seolah tak ada waktuku untuk bernapas barang sebentar :(

Pun jika ada waktu luang, setelah menikah seolah aku tidak punya kesempatan serius untuk menulis. Aku tipikal penulis yang butuh ruang sendiri untuk menuangkan segenap pikiranku ke dalam rangkaian kata. Aku terbiasa menulis di kamar, tentu tanpa gangguan siapapun. Bahkan jika ada suara gaduh sedikit saja yang terdengar dari luar, aku sulit berkonsentrasi hingga tak sanggup melanjutkan tulisan. Atau jika aku kepepet untuk menyelesaikannya, aku harus menyumpal telinga dengan headset atau earphone dan menyetel playlist lagu andalan mood booster-ku. Kebayang lah setelah menikah aku tidak lagi punya semua kemewahan itu. Tinggal di rumah yang tidak besar, aku tidak punya ruang privasi untuk menulis. Ditambah lagi, suamiku termasuk orang yang amat ingin tahu apa saja yang kukerjakan meski itu di waktu santai. Dia tahu aku suka menulis dan sangat mendukungku. Tapi sungguh aku tidak bisa menulis apapun jika dia memperhatikanku wkwkw.

Memilih untuk menulis lagi adalah keputusan yang paling membuatku bahagia saat ini. Meskipun di sela waktu yang terbatas, aku akan berusaha untuk tetap menulis. Meskipun tidak banyak, hanya beberapa paragraf per posting. I'll do it!

Aku sadar menulis bukan sekadar hobi buatku. Ini seperti self healing. Ketika menulis, ada banyak pikiran yang mengalir keluar dari kepala, pikiran negatif maupun positif, yang selama ini hanya terpendam dan membuat stress. Seseorang harus melampiaskan beban pikirannya minimal dengan bicara. Buatku, menulis adalah caraku berbicara. Di setiap akhir dari tulisanku, ketika aku membacanya kembali, aku merasa bahagia. Bukan karena apapun yang kutulis, peduli amat isinya, tapi lebih kepala rasa plong, kelegaan yang kurasakan setelah melepas semuanya. Seperti halnya apa yang kamu rasakan setiap selesai curhat dengan orang yang paling kamu percaya.