CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 01 Februari 2015

The Imitation Game

Kayaknya baru kali ini aku nonton film bioskop yang diangkat dari kisah nyata. Yah, berbekal rekomendasi dari NulisBuku.com dan teman kantor. Katanya film itu bagus. Jadi penasaran juga. Begitu aku coba intip trailler-nya, sebenarnya sih aku jadi kurang tertarik. Tapi berhubung seorang teman 'memaksa' supaya aku menemaninya nonton, okelah aku pilih film ini. Tak ada pilihan yang lebih menarik minggu ini.

The Imitation Game, Permainan Tiruan, diangkat dari kisah nyata seorang ahli matematika asal Inggris bernama Alan Turing yang menemukan mesin pemecah sandi Enigma (mesin penyadap pesan perang Jerman). Cerita yang dilatarbelakangi perang dunia.

Alan Turing (Benedict Cumberbatch) bergabung dengan tim rahasia yang direkrut khusus untuk memecahkan kode perang Jerman. Dengan menerjemahkan sandi Enigma, yang katanya dulu adalah sandi paling sulit dan belum terpecahkan. Butuh sekitar 20 juta tahun untuk bisa menerjemahkan satu pesan saja. Nah, mereka dituntut untuk memecahkan sandi-sandi itu dalam waktu 20 menit. Menit-menit berharga yang bisa menyelamatkan jutaan manusia dari kematian. Karena jika sandi bisa dipecahkan, strategi perang Jerman diketahui, maka pasukan militer Inggris dan sekutu bisa mengungsikan orang-orang di wilayah sasaran tempur musuh. Sehingga sesungguhnya mereka bukan berperang melawan Jerman, melainkan melawan waktu. Seberapa cepat mereka bisa memecahkan kode, maka semakin banyak nyawa yang bisa diselamatkan.

Fokus cerita dalam film ini bukan hanya pada usaha Alan Turing dan tim dalam memecahkan sandi Enigma. Tapi juga pada kisah pribadi Alan Turing itu sendiri. Memperlihatkan potongan-potongan kisah masa lalunya saat masih sekolah (setingkat SMA). Dia anak yang jenius, yang karena itu membuatnya jadi sasaran tindak kekerasan teman-temannya. Mereka memperlakukannya demikian hanya karena dia berbeda, begitu kata satu-satunya teman yang Alan miliki. Namanya Christopher. Hanya Christopher yang mengerti dirinya, bisa membaca bahwa Alan akan melakukan sesuatu yang besar untuk dunia di kemudian hari. Sesuatu yang tidak terduga. Kedekatan mereka ini membuat Alan diam-diam mencintai Christopher. Mencintai dalam artian seperti laki-laki pada perempuan. Sehingga Alan tumbuh dewasa menjadi seorang homoseksual.

Christopher meninggal dunia sebelum Alan sempat menyatakan perasaannya. Dia sangat terpukul mendengar cerita itu. Karena tidak ada lagi seseorang yang bisa memahaminya sebaik Christopher. Inilah yang menjadi alasannya menamakan mesin pemecah kode Enigma yang dia ciptakan dengan nama yang sama. Christopher. Mesin yang amat berarti dan yang dia bangga-banggakan, sama seperti Christopher sahabatnya. Mesin yang disebut-sebut sebagai cikal bakal mesin yang sekarang kita kenal dengan nama komputer.

Awal menonton aku agak dibuat bingung dengan alur cerita yang lompat-lompat. Ada tiga rentang waktu dalam cerita ini. Pertama, saat Alan terjerat penyelidikan terhadap dirinya atas tuduhan tindakan tidak senonoh setelah rumahnya kerampokan, kerampokan yang ganjil karena tak ada satu pun barang yang hilang. Sebab itu seorang detektif yang menangani kasusnya mencurigai sesuatu, berasumsi bahwa Alan Turing memiliki sesuatu yang disembunyikannya dari dunia. Ke dua, saat Alan masih bekerja bersama tim rahasianya untuk memecahkan sandi Enigma. Diceritakan bagaimana awal dia bergabung, usahanya untuk dipercaya oleh seorang perwira perang yang mengepalai proyek pemecahan kode itu, dan bagaimana hubungannya dengan orang-orang dalam tim. Juga tentang Joan Clarke (Keira Knightley), satu-satunya wanita yang menjadi anggota tim rahasia, wanita yang menjadi tunangannya. Ke tiga, saat Alan masih di akademi (seperti yang sudah kutulis di atas).

Mungkin karena diangkat dari kisah nyata, film ini menurutku agak membosankan. Seakan-akan jalan ceritanya sudah terbaca. Namun bagian baiknya, emosi dari tiap adegan dalam film ini terasa sangat kuat. Apalagi karakter si tokoh utama, Alan Turing, yang mendominasi keseluruhan cerita. Bagian yang paling kusukai yaitu ketika Alan berhasil membuat mesinnya memecahkan sandi Enigma. Ketika kebahagiaan mereka meluap-luap, kerja keras mereka selama hampir dua tahun tidak sia-sia, saling bersorak, memeluk, bahkan menangis bahagia. Mereka berhasil memecahkan satu pesan perang terbaru. Namun seakan-akan suka cita itu luluh lantak begitu mereka menyadari bahwa sekalipun mereka telah mengetahui rencana penyerangan Jerman, mereka tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan orang-orang dari wilayah sasaran, karena pasukan Jerman akan segera tahu bahwa mereka telah memecahkan kode pesan perang mereka, kemudian mereka akan mengubah pola kodenya, dan pekerjaan Alan Turing dkk menjadi sia-sia. Sungguh sebuah ironi.

Ada satu kutipan yang aku suka dari film ini. Ucapan Christopher pada Alan.

"Seseorang yang tidak terduga bisa mengerjakan sesuatu yang tidak terduga."