CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 26 Agustus 2016

Pengharum Nama Bangsa Yang Tak Diperhatikan

Pagi ini ketika aku membuka chat grup di WhatsApp, hati ini terenyuh membaca satu repost. Dan ini ingin kubagikan ke semua orang dengan satu harapan: semoga pandangan kita terhadap "membanggakan bangsa" itu tidak hanya dinilai dari kriteria duniawi saja.

Silakan disimak.

=======================================================================

Balada RIO dan MUSA

Kedua nama ini sedang menjadi trending topik di media sosial tanah air maupun dunia. Mereka adalah Musa sang hafidz dan Rio Hariyanto. Kedua anak bangsa ini berjuang menjadi yang terbaik di dunia dalam pertarungan di medan mereka masing masing. Musa sang hafidz sedang bertarung menjadi penghapal Al-Qur'an terbaik di dunia. Sementara Rio sang pembalap bertarung menjadi manusia tercepat di dunia. Mereka adalah aset bangsa yg langka. Di pundak mereka harga diri bangsa dicoba diangkat tinggi-tinggi.

Namun ... perlakuan kepada keduannya sangat berbeda.

RIO sang pembalap, begitu gegap gempita, asa kemenangan begitu tinggi walau sebenarnya tidak pernah memulai pitnya di 10 besar pada saat start. Dengan dukungan dana yang melimpah, 15 juta euro (hitung sendiri kalau dirupiahkan), yang diberikan para sponsor perusahaan-perusahaan besar di negeri ini. Wajar bila kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam ajang balap mobil paling bergengsi di dunia dapat menjadi kenyataan.

Sementara itu kita lihat MUSA. Sang hafidz cilik, hanya dengan modal kegigihannya yang besar, sungguh minim bahkan hampir tidak ada sponsor yang terdengar mendanai keikutsertaannya di ajang kompetensi penghapal Al - Quran Internasional di Mesir. Namun dengan rahmat Allah, Musa mampu meraih tempat terhormat dengan menjadi juara ke tiga ... di DUNIA!

Lihatlah betapa ketidakadilan sedang berlangsung di negeri ini. Segala lapisan kehidupan sosial masyarakat, tanpa rasa keadilan oleh negara, media hanya memberitakan yang sesuai dengan kepentingannya. Bahkan nama Kementerian Agama pun yang semestinya menyertai perjalanan Musa, tak pernah disebutkan.

Betapa berita kemajuan tentang Islam telah menjadi anak tiri di negeri muslim terbesar di dunia. Sungguh ironis.

Perkenalkan. Ini Musa, seorang penghapal Al-Qur'an cilik. Usianya baru 7 tahun. Bicaranya bahkan masih cadel. Namun lihatlah prestasinya melimpah. Bukan saja terbaik se-Indonesia, tapi juga se-Dunia dalam ajang kompetisi penghapal Al-Qur'an. Yang terbaru 14 April 2016 kemarin, dengan Batik Nusantara khas Indonesia, Musa berhasil jadi Juara 3, mengalahkan 80 peserta dari 60 Negara Musabaqah Hifzil Al-Qur'an International di Mesir. Hebatnya lagi, Musa adalah peserta termuda sedangkan peserta lain berusia rata-rata di atas 10 tahun.

Tetesan air mata haru, kagum, mengiringi Musa saat tiba giliran menjawab pertanyaan dan uji coba dari Juri yang tentu saja penguji-penguji kelas dunia. Soal-soal dijawabnya dengan tenang. Selesai lomba, yang berlomba kemudian adalah penonton. Berlomba berfoto dan mencium kepala Musa. Kagum! Bahkan Presiden Mesir memberi penghargaan khusus buat adik kita itu.

Itulah dia Musa. Seorang putra bangsa Indonesia. Ia tak butuh trilyunan rupiah sekedar untuk mengharumkan nama bangsa. Ia juga tak perlu mengemis sponsor milyaran untuk sekedar mengharumkan nama bangsa. Ia juga tak perlu merepotkan negara ratusan milyar. Bahkan tanpa menodong kementrian agar pegawainya potong gaji, untuk sekadar mengharumkan nama bangsa. Ya! Ia tak perlu semua itu untuk sekadar terkenal di dunia. Paling keren kita hanya mendapat berita kemenangan nasionalnya di salah satu stasiun TV. Karena standar definisi "Bangga" dan "Mengharumkan Nama Bangsa" masih belum kita sepakati dalam arti yang sama.

Tapi aku bangga padamu, Nak. Jika media mainstream tak memberitakanmu, biar kami saja yang mengabarkan tentangmu pada Indonesia, pada grup WA ini (atau kuposting ulang di blog ini atau media sosial lainnya, atau bahkan hanya dari mulut ke mulut).

Di tengah sesaknya berita politik yang menyampah, kita penuhi kabar negeri ini dengan berita baik. Berita positif. Berita gembira. Salah satunya dengan berita tentangmu. Agar bangsa kita bangga, dan menyadari bahwa negeri kita masih punya harapan, masih bisa berjaya tanpa mengeluarkan biaya setinggi langit. Tanpa minta minta dan mengemis.

=======================================================================

Terima kasih, MUSA ....

Semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar