CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 30 Juli 2013

Tips Menulis A La Tere-Liye

Tere-Liye, adalah salah satu penulis novel Indonesia yang menginspirasi aku banget. Pertama-tama dari pesan-pesan yang tersirat dari setiap novelnya. Dari yang nyentuh, sampai yang nampar. Dari yang bikin mata berkaca-kaca, sampai yang bikin sudut-sudut bibir melengkung naik. Bisa dibilang tidak ada kata yang tertulis di bukunya tanpa makna. Inilah salah satu impianku dari dulu; kepingin menulis kisah yang bisa menginspirasi--atau paling tidak bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, tata bahasa Bang Tere yang unik; simpel tapi nyentuh itu bikin aku kagum. Rangkaian katanya tidak pakai men-jelimet dengan bahasa sastra yang dewa, cukup dengan untaian kata-kata sederhana, namun kena di hati. Pokoknya aku ter-influent banget sama beliau.

Nah, berikut tips menulis (hasil dari kepo-in profil beliau lewat Google :p). Buat aku ini berguna banget. Kali ini mau aku repost dari web-nya. Mudah-mudahan bermanfaat juga buat temen yang lagi mampir. Lumayan kan dapet ilmu dari sang maestro (bang Tere-Liye, maksudnya). Enjoy this!


1. Ide Cerita

Bagi beberapa penulis pemula (ambil contoh aku sendiri) agak sulit untuk menemukan ide cerita yang bagus atau benar-benar ekslusif, dalam artian belum pernah diangkat sebelumnya. Jujur saja aku sendiri terkadang ragu, bahkan sampai berpikir mungkin saja ide ceritaku ini sudah pernah ditulis orang lain--walaupun tidak sama persis. Terjebak dengan ide pasaran. Sehingga melunturkan rasa percaya diri atas ide cerita sendiri.

Tapi kata Bang Tere, “Ide itu tidak ada yang jelek. Pada dasarnya ide itu sama, hanya saja yang membuat ia menjadi spesial ketika penulis melihat dari sudut pandang yang spesial."

Bisa diambil kesimpulan bahwa apapun idenya, yang membuatnya menjadi menarik adalah ketika kita bisa menuliskannya dalam sudut pandang yang berbeda dari yang sudah pernah ditulis orang lain. Sama juga dengan quotation yang pernah kubaca (lupa dari mana) menyebutkan kurang lebih seperti ini, "Ada banyak cerita roman di dunia ini, tapi tetap banyak suka yang membacanya." Jadi sepertinya mulai dari sekarang, tidak perlu lagi kita merasa takut pada ide cerita yang muncul. Yang penting adalah dari sudut pandang apa kita ingin menuliskannya.

2. Amunisi

Yang dimaksud oleh Tere-Liye di sini adalah bekal wawasan. Penulis harus memiliki kapasitas pengetahuan yang cukup demi menyelesaikan tulisannya. Salah satu caranya adalah dengan banyak membaca. Tidak hanya di buku, karena dari media internet pun kita bisa mendapatkan banyak ilmu. Selain itu harus rajin mengikuti perkembangan berita di televisi maupun radio.

Sebetulnya ada banyak cara untuk menambah wawasan--aku yakin kalian juga punya metode sendiri. Zaman sudah canggih, teknologi semakin maju. Bahkan orang-orang bilang ibarat dunia dalam genggaman tangan. Ponsel semakin pintar dan harganya semakin terjangkau. Untuk fitur yang bisa browsing aku yakin kalian pasti punya. Jadi minimal rajin mem-browsing apa saja untuk mengisi waktu senggang, bukan hanya baca buku.

Slogan "Penulis harus banyak membaca" itu buatku layaknya sebuah peraturan. Sedih waktu mendengar dari seorang temanku, dia ingin sekali jadi penulis tapi tidak hobi baca. Mengetahui itu rasanya aneh. Ya, buatku aneh banget. Bagaimana bisa ingin terjun ke dunia tulis-menulis tapi membaca saja sedikit sekali?

3. Tidak ada tulisan yang baik dan tidak ada tulisan yang buruk

Bagus tidaknya sebuah tulisan menurut Tere-Liye adalah RELATIF. Karena masing-masing pembaca memiliki penilaian berdasarkan poin yang berbeda. Satu pihak bisa saja menyukai, satu pihak yang lain bisa pula mencaci. Tidak ada karya yang terlepas dari kritik pedas.

Permasalahannya di sini adalah letak kepercayaan diri kita terhadap karya kita sendiri. Bagaimanapun karya yang telah kita hasilkan, jangan pernah malu dan takut untuk mempublikasikannya. Menurut Tere-Liye lagi, penulis yang baik adalah yang mau menerima kritik dan memperbaiki setiap kesalahan.

4. Mulai dari tulisan kecil

“Mulailah dari tulisan kecil, pendek tapi bertenaga, sederhana tapi bermanfaat,” kata Bang Tere.

Untuk memulai sebuah tulisan yang pertama-tama harus dihadapi adalah rasa takut (ini bagiku). Takut entah karena kurangnya rasa percaya diri, takut ditolak penerbit, takut karena ini, takut karena itu--belum mulai saja sudah banyak takutnya. Kalau begitu terus kapan bisa mulai? Kembali pada poin-poin sebelumnya di atas, kita harus membuang segala rasa takut itu dengan mulai menulis saja. Mulai dari tulisan kecil. Sederhana. Tapi bermanfaat. Selebihnya biarkan mengalir. Dipikirkan mungkin sulit, siapa yang tahu jika belum mencoba? ;)

5. Ketika mood sedang jelek

Wajar saja pada suatu ketika kita diserang mood jelek. Siapapun sulit rasanya untuk bisa menghindar dari suasana hati yang jelek. Dan biasanya jika sudah begitu, kita akan malas melakukan apapun, tidak bersemangat, tidak bergairah. Aku sendiri saat terserang mood jelek, biasanya paling tidak bisa menulis. Rasanya tulisanku jadi kurang feel. Kosong. Tidak bermakna.

Tapi kata Tere-Liye, mood jelek jangan dijadikan kebiasaan. Kita bisa melatihnya agar bisa tetap menulis di kala mood jelek sedang datang. Caranya adalah dengan terus menulis. Terus berlatih, berlatih, dan berlatih. Tidak ada solusi lain. Minimal menulis 1000 kata per hari. Sehingga meskipun mood jelek sering kali datang, kita sudah terbiasa untuk tidak berhenti menulis.

Karena tips yang ini pula aku bertekad menulis minimal 1000 kata per hari di blog ini. Menulis apa saja. Jangan biarkan apapun memutuskan jari (tangan) dan kepala kita dengan kata!

6. Pantang Menyerah

Setelah kita berhasil menyelesaikan sebuah karya, cepat-cepatlah dikirim ke penerbit. Tere-Liye memberi saran untuk mengirimkannya langsung ke penerbit ternama lebih dulu. Tidak perlu takut atau tidak percaya diri ketika karya kita ditolak untuk diterbitkan. Coba terus jangan sampai bosan. Masih banyak penerbit yang bersedia mempublikasikan karyamu ke dunia.

Hafalan Sholat Delisa sendiri sempat ditolak oleh dua penerbit besar Indonesia, namun teruslah mencoba. Sampai ketika novel tersebut diterbitkan oleh Republika, penerbit yang tadi menolak karya saya meminta untuk mengirimkan karya saya,” begitu kata Tere-Liye.

Enam dari tips ini jujur saja membuatku semakin bersemangat dalam menulis. Menumbuhkan motivasi sehingga menghasilkan kekuatan baru untuk memulai dan menyelesaikannya. Yah, aku memang belum sampai pada tahap penerbitan buku, tapi suatu saat itu pasti. Insya Allah. Ada keinginan, ada jalan. Siapa yang berusaha pasti akan berhasil. Man jadda wajada!

Semoga tips ini juga bermanfaat buat teman-teman :)

1 komentar: