CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 26 Januari 2015

Teman Durhaka

Jika ada istilah teman durhaka, barangkali akulah orangnya.

Dia bukan seseorang yang telah lama kukenal. Aku bertemu dengannya bahkan belum genap dua tahun yang lalu. Namun seakan-akan dia telah mengenalku sejak aku lahir di dunia.

Dia berusaha pahami aku. Apa yang kusuka, apa yang tidak kusuka. Dia cari tahu apa hobiku, kebiasaanku, makanan favorit, warna favorit, bahkan sampai tipe lelaki idaman. Dia menggali semua tentang diriku. Entah bergurau atau serius, dia menyebut dirinya penggemar beratku.

Terkadang aku merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaannya. Serta kehadirannya yang seolah-olah selalu membuntutiku. Yang kupikirkan adalah dia mau tahu sekali urusanku. Membuatku jengkel. Tanpa aku mengerti niat baiknya untuk mengenalku lebih baik. Yang kutunjukkan justru sikap defensif. Penolakan yang boleh jadi melukai perasaannya.

Tiap aku punya masalah, dia hadir untuk meringankan bebanku. Tiap aku butuh sesuatu, dia datang untuk membantu. Tapi apa yang kulakukan sebagai balasannya? Menyikapinya dingin. Memandangnya sebelah mata, menganggap bahwa semua yang dia lakukan untukku itu adalah hal yang wajar, bisa dilakukan oleh siapapun untukku.

Nyatanya tidak. Tidak ada orang lain di sekelilingku yang berhati sebaik dia. Mereka teman-teman palsu. Hanya ada di dekatku ketika butuh, lalu segera menghilang jika tak lagi memerlukanku. Mereka datang dan pergi sesuka hati, seperti angkot-angkot yang silih berganti keluar-masuk terminal.

Tapi dia tidak. Dia tetap di sana, di mana aku selalu menemukannya ketika kubutuh dia. Dia tak pernah pergi. Selalu ada untukku, ketika aku butuh ataupun tidak.

Mungkin dialah seseorang yang pantas disebut teman.

Sebaliknya, aku sungguh-sungguh merasa berdosa. Aku telah menyia-nyiakannya selama ini. Lebih sering mengabaikannya daripada membalas perhatiannya. Lebih sering memberinya wajah masam daripada senyum untuk membalas sapa hangatnya. Dan boleh jadi aku lebih banyak lupa menyertakannya dalam doa daripada dia yang tak pernah absen menyebut namaku dalam munajatnya.

Ya, Allah .... sungguh aku tak pantas menjadi temannya. Berikanlah dia sahabat terbaik, seseorang yang jauh lebih baik daripada hamba ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar